Salam jumpa kembali Mitolovers, dalam edisi kali ini Saya akan berbagi informasi tentang apakah mungkin teknologi MotoGP bisa diaplikasikan di motor harian???
Anda pasti penasaran Apakah teknologi motor di kanca MotoGP bisa diturunkan untuk motor produksi massal? Beberapa jawaban didapat dari pelaku balap motor premium ini.
Untuk beberapa hal memang MotoGP menjadi laboratorium berjalan teknologi motor produksi massal, tetapi tidak serta merta diturunkan secara saklek. Mungkin ada beberapa perbedaan semisal karet ban motor dimana bisa diterapkan kompon dan juga jenis kecepatan tertentu.
Namun di balik tampilan garangnya, usia pakai dan jarak tempuh motor MotoGP amat ringkih.
Performa motor MotoGP di patok 1000 km per seri.
Bila sudah mencapai jarak tersebut, mesin motor MotoGP harus dilakukan perawatan berkala dan mengganti suku cadang yang tergolong mahal.
Karena dituntut untuk performa tinggi maka usia pakainya pun pendek.
Nah, supaya lebih jelas kenapa teknologi MotoGP mustahil diaplikasikan untuk motor harian atau produksi massal, tengok infografik berikut ini.
Katup Pneumatis
Putaran masin tunggangan MotoGP mampu berteriak hingga 17.000 rpm secara konstan, hal ini dimungkinkan karena sistem katup tidak menggunakan pegas konvensional, melainkan menggunakan sistem buka tutup katup secara pneumatis, bukan pakai per konvensional.Materi yang mengatur buka tutup katup adalah gas nitrogen yang disimpan dalam tangki tertentu, nak teknologi pneumatis ini mustahil diaplikasikan di motor harian atau produksi masal.
Pasalnya motor mesti di rentang 17.000 rpm sejak awal dihidupkan dan tangki gas nitrogen harus selalu diisi sebelum motor dihidupkan.
Rem Karbon
Kuda angin MotoGP membutuhkan sistem pengereman yang canggih dimana kecepatan 200km/jam ke 5km/jam hanya memakan waktu kurang dari 5 detik, ini dia rem cakram bermateri karbon untuk menunjang deselerasi si kuda angin MotoGP.
Apakah rem karbon ini dapat diaplikasikan di motor harian atau produksi massal?? tentu tidak, karena suhu kerja rem cakram karbon di atas 100 derajat celcius, sedangkan motor harian berhadapan dengan lalulintas. Tidak memungkinkan untuk rem karbon bekerja, yang ada malah rem blong karena suhu kerja rem tidak tercapai.
Seamles Shift Gearbox (SSG)
Teknologi ini mulanya diterapkan dirana F1 kemudian pihak HRC meriset untuk diterapkan di MotoGP, aplikasi SSG ini hanya membutuhkan 0,009 detik saat perpindahan dari gigi rendah ke gigi tinggi atau sebaliknya.
Sedangkan perpindahan gigi konvensional membutuhkan 0,038 detik dan itu tergantung pada insting sang pembalap. Ternyata untuk membuat satu perangkat SSG itu setara dengan 250 unit motor gede kapasitas 600 cc, mending punya 250 unit motor spot deh ketimbang punya satu unit SSG wkwwk.
Body & Cover body
Mungkin melihat tampilan MotoGP secara sekilas mata baik itu body dan penutup body mirip dengan motor harian atau produksi massal, namun bila kita lihat secara terperinci kontruksi mulai dari setting geometri sasis, posisi duduk, setting suspensi hingga penutup body semua itu dikaitkan dengan unsur aerodinamika.
Yakni dimana tinggangan MotoGP harus bisa membelah angin agar dapat melaju dengan mulus dan disesuaikan dengan tiap pembalap.
Mereka mempunyai pendekatan tersendiri untuk settingan geometri sasis, suspensi dan swing arm sesuai karakter masing-masing.
Untuk rancang bangun body dan cover body termasuk berbiaya tinggi mengingat MotoGP harus memenuhi regulasi bobot yang ditentukan.
Dirancang sesuai pembalapnya
Bak kreasi seni rupa tunggangan MotoGP di sesuaikan dengan selera dan karakter setiap pembalap, katakanlah RC213V milik Dani Pedrosa benar-benar diperuntukan untuk Dani Pedrosa. Jika ada pembalap lain yang menggunakannya pasti akan kesulitan menungganginya.
Nah, konsep di tunning khusus pembalap tertentu tidak sesuai dengan konsep motor harian atau produksi massal.
Karena motor harian atau produksi massal di mana untuk produk yang dijual tentu tidak mengusung unsur tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar